Pimpinan Parlemen Iran Mohammad Bagher Ghalibaf pada Sabtu( 12/ 10) melaporkan kalau Teheran” menunjang apapun keputusan pemerintah serta kelompok perlawanan di Lebanon” di tengah serbuan Israel terhadap negeri itu.
” Aku bawa pesan dari kepemimpinan Iran kalau negeri kami hendak senantiasa di sisi Lebanon sepanjang masa- masa susah ini,” kata Ghalibaf dalam konferensi pers bersama mitra Lebanon- nya, Nabih Berri, sehabis melakukan suatu pertemuan di wilayah Ain El Tineh di Beirut barat.
Pimpinan parlemen Iran itu berkata” Pemerintah serta bangsa Iran siap menolong orang- orang yang mengungsi serta dilanda perang di Lebanon dengan mengirimkan pasokan yang meluas lewat koridor hawa.”
Ghalibaf dijadwalkan berangkat dari Beirut mengarah Jenewa buat mendatangi pertemuan Inter- Parliamentary Union( IPU) di mana ia berkata hendak mengantarkan pesan penindasan terhadap rakyat Lebanon, bagi kantor kabar negeri yang dikelola pemerintah, IRNA.
Dalam pernyataannya, pejabat Iran menegaskan pentingnya stabilitas politik di Lebanon, terutama dalam menghadapi tantangan yang ada saat ini. Iran berkomitmen untuk memberikan dukungan politik dan ekonomi bagi Lebanon, termasuk dalam bidang pembangunan infrastruktur dan bantuan kemanusiaan.
“Lebanon adalah negara yang memiliki sejarah panjang dan hubungan erat dengan Iran. Kami akan terus mendukung keputusan pemerintah Lebanon dan membantu dalam memulihkan stabilitas serta kemakmuran,” ungkapnya.
Israel sudah melaksanakan serbuan hawa besar- besaran di Lebanon terhadap apa yang diklaimnya selaku sasaran Hizbullah semenjak 23 September, membunuh paling tidak 1. 437 orang, melukai lebih dari 4. 123, serta menimbulkan lebih dari 1, 34 juta orang mengungsi.
Serbuan hawa tersebut merupakan eskalasi dari perang lintas batasan antara Israel serta Hizbullah sepanjang setahun semenjak terjalin serbuan di Jalan Gaza.
Walaupun warga internasional memperingatkan kalau Timur Tengah terletak di ambang perang regional di tengah serbuan tanpa henti Israel terhadap Gaza serta Lebanon, Tel Aviv sudah memperluas konflik dengan meluncurkan serbuan ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.